Penulis: J.I. Packer
Bab 4: Satu-satunya Allah yang Benar
Bentuk-bentuk penyembahan berhala yang seringkali kita lihat adalah orang yang menyembah pada tiang atau ukiran, patung-patung, atau bahkan upacara-upacara sebagai bentuk penyembahan kepada dewa-dewi. Namun kita juga perlu menyadari bahwa ada bentuk penyembahan berhala yang lebih halus. Dalam sepuluh perintah Allah, ada perintah kedua yang melarang umat Allah untuk membuat patung atau sejenisnya lalu sujud menyembahnya. Kita harus memandang perintah kedua ini sebagai hal yang menyatakan prinsip bahwa penyembahan berhala terdiri dari bukan hanya penyembahan kepada ilah palsu, tetapi juga penyembahan kepada Allah yang benar melalui patung-patung. Kita tidak boleh memakai gambaran visual atau gambaran lain tentang Allah Tritunggal untuk tujuan penyembahan. Dengan alasan apapun, patung atau gambaran Pribadi Allah Tritunggal yang kita sembah tidak boleh digunakan sebagai alat bantu untuk menyembah Dia.
Pertanyaannya sekarang adalah, bahaya apakah yang mengancam kita melalui patung-patung atau gambaran-gambaran tentang Allah Tritunggal yang mengelilingi kita, jika semua itu membantu mengangkat hati kita kepada Allah? Beberapa orang menganggap bahwa perintah ini diperuntukkan bagi gambaran yang amoral dan merendahkan Allah, seperti pemujaan bangsa kafir, gambaran Allah sebagai bentuk binatang, dll. Namun sesungguhnya perintah kedua itu mewajibkan kita untuk memisahkan ibadah kita dari semua gambaran atau patung-patung Kristus atau gambaran dari Bapa di Sorga. Ada 2 alasan mengapa perintah kedua dalam sepuluh perintah Allah harus ditekankan sedemikian rupa: Pertama, Patung-patung atau gambaran tentang Allah tidak menghormati Allah sebab mengaburkan kemuliaan-Nya. Tidak ada gambaran atau apapun di dunia ini yang dapat disamakan dengan Pribadi Allah yang kita sembah, karena gambar-gambar dan patung-patung itu menyembunyikan sebagian besar kebenaran tentang sifat dan karakter Pribadi Allah yang digambarkannya. Kedua, Patung-patung menyesatkan kita. Gambaran keliru tentang Allah yang dinyatakan oleh patung-patung menyimpangkan pemikiran kita tentang Allah dan menanamkan segala macam kesalahan tentang karakter dan kehendak Allah dalam pikiran kita. Secara psikologis, patung-patung akan membuat kita gagal menyembah Allah dalam kebenaran.
Pada perintah kedua, selain melarang kita membuat patung-patung atau gambaran-gambaran tentang Allah dan menyembanya, juga melarang kita untuk membayangkan gambaran mental tentang Dia. Membayangkan Allah di kepala kita termasuk pelanggaran terhadap perintah kedua yang sama nyatanya dengan membayangkan Dia dengan karya tangan kita. Orang-orang yang memandang diri mereka bebas untuk memikirkan Allah seperti yang mereka ingini sedang melanggar perintah kedua. Memikirkan Allah dengan cara memandang keberadaan-Nya sama dengan kita, manusia, berarti kita tidak tahu siapa Dia dan tidak mengenal Dia. Perintah kedua dari sepuluh perintah Allah ini juga memanggil kita untuk merendahkan diri, mendengarkan dan belajar dari Dia, dan mengijinkan Dia mengajar kita seperti apakah Allah itu dan bagaimana seharusnya kita memikirkan tentang Dia. Perintah kedua ini adalah perintah untuk mendorong kita mendapatkan pengertian tentang Allah dari firman-Nya sendiri yang kudus, dan bukan dari sumber lain mana pun. Pikiran yang masih terfokus pada patung adalah pikiran yang belum belajar untuk mengasihi dan memperhatikan firman Allah. Membuat patung Allah berarti mengambil pandangan seseorang tentang Dia dari sumber manusia, dan bukan dari Allah sendiri dan inilah yang salah dengan pembuatan patung.
Kita mungkin tidak memiliki simbol-simbol atau patung-patung di rumah atau di kamar kita untuk kita sembah. Namun bagaimana kita tahu bahwa kita sedang menyembah Allah yang benar, Allah yang dinyatakan Alkitab, tanpa semua simbol atau patung? Allah Alkitab telah berbicara melalui Anak-Nya. Terang pengetahuan tentang kemuliaan-Nya diberikan kepada kita dalam wajah Yesus Kristus. Jika dalam penyembahan kita berpusat pada Allah yang dinyatakan dalam Alkitab, pikiran dan hati kita melayang ke Golgota dan berpegang pada karya Allah di Golgota, maka kita dapat mengetahui bahwa kita sungguh-sungguh menyembah Allah yang benar, dan bahwa Ia adalah Allah kita, dan kita sekarang telah menikmati hidup yang kekal.
Sebagai tambahan, pada akhir bab 4 ini, Penulis memberikan catatan tambahan tentang pembahasannya. Ada tiga argumen yang menentang ide Penulis untuk tidak menggunakan patung Allah untuk tujuan pengajaran dan ibadah. Pertama, penyembahan kepada Allah membutuhkan ungkapan estetik Kristen melalui seni visual dalam patung atau gambaran tentang Allah. Kedua, imajinasi merupakan bagian dari sifat manusia karena Allah telah menciptakannya, dan harus dikuduskan dan diekspresikan, bukan dianggap cemar dan ditekan, dalam persekutuan kita dengan Pencipta kita. Ketiga, patung-patung atau gambaran-gambaran sesungguhnya dapat membantu meningkatkan ibadah.
Prinsip argumen pertama benar, namun perlu diterapkan dengan benar. Perintah Allah kedua dalam sepuluh hukum tetap melarang segala sesuatu yang dipikirkan sebagai gambaran representasi Allah. Prinsip argumen kedua juga benar, tetapi cara Alkitab menerapkannya adalah dengan menggunakan imajinasi kita secara verbal atau visual untuk menghargai dan takjub terhadap karya historis Allah di Golgota. Argumen ketiga yang jadi permasalahan adalah setelah patung itu diperlakukan sebagai hal yang mewakili dan bukan sebagai simbol, maka patung itu mulai merusak ibadah dan tidak membantu ibadah kita. Mari kita belajar untuk melakukan ibadah kita tanpa patung-patung dan gambaran-gambaran tentang Allah. Arahkan hati dan pikiran kita pada karya Kristus di Golgota.
Bentuk-bentuk penyembahan berhala yang seringkali kita lihat adalah orang yang menyembah pada tiang atau ukiran, patung-patung, atau bahkan upacara-upacara sebagai bentuk penyembahan kepada dewa-dewi. Namun kita juga perlu menyadari bahwa ada bentuk penyembahan berhala yang lebih halus. Dalam sepuluh perintah Allah, ada perintah kedua yang melarang umat Allah untuk membuat patung atau sejenisnya lalu sujud menyembahnya. Kita harus memandang perintah kedua ini sebagai hal yang menyatakan prinsip bahwa penyembahan berhala terdiri dari bukan hanya penyembahan kepada ilah palsu, tetapi juga penyembahan kepada Allah yang benar melalui patung-patung. Kita tidak boleh memakai gambaran visual atau gambaran lain tentang Allah Tritunggal untuk tujuan penyembahan. Dengan alasan apapun, patung atau gambaran Pribadi Allah Tritunggal yang kita sembah tidak boleh digunakan sebagai alat bantu untuk menyembah Dia.
Pertanyaannya sekarang adalah, bahaya apakah yang mengancam kita melalui patung-patung atau gambaran-gambaran tentang Allah Tritunggal yang mengelilingi kita, jika semua itu membantu mengangkat hati kita kepada Allah? Beberapa orang menganggap bahwa perintah ini diperuntukkan bagi gambaran yang amoral dan merendahkan Allah, seperti pemujaan bangsa kafir, gambaran Allah sebagai bentuk binatang, dll. Namun sesungguhnya perintah kedua itu mewajibkan kita untuk memisahkan ibadah kita dari semua gambaran atau patung-patung Kristus atau gambaran dari Bapa di Sorga. Ada 2 alasan mengapa perintah kedua dalam sepuluh perintah Allah harus ditekankan sedemikian rupa: Pertama, Patung-patung atau gambaran tentang Allah tidak menghormati Allah sebab mengaburkan kemuliaan-Nya. Tidak ada gambaran atau apapun di dunia ini yang dapat disamakan dengan Pribadi Allah yang kita sembah, karena gambar-gambar dan patung-patung itu menyembunyikan sebagian besar kebenaran tentang sifat dan karakter Pribadi Allah yang digambarkannya. Kedua, Patung-patung menyesatkan kita. Gambaran keliru tentang Allah yang dinyatakan oleh patung-patung menyimpangkan pemikiran kita tentang Allah dan menanamkan segala macam kesalahan tentang karakter dan kehendak Allah dalam pikiran kita. Secara psikologis, patung-patung akan membuat kita gagal menyembah Allah dalam kebenaran.
Pada perintah kedua, selain melarang kita membuat patung-patung atau gambaran-gambaran tentang Allah dan menyembanya, juga melarang kita untuk membayangkan gambaran mental tentang Dia. Membayangkan Allah di kepala kita termasuk pelanggaran terhadap perintah kedua yang sama nyatanya dengan membayangkan Dia dengan karya tangan kita. Orang-orang yang memandang diri mereka bebas untuk memikirkan Allah seperti yang mereka ingini sedang melanggar perintah kedua. Memikirkan Allah dengan cara memandang keberadaan-Nya sama dengan kita, manusia, berarti kita tidak tahu siapa Dia dan tidak mengenal Dia. Perintah kedua dari sepuluh perintah Allah ini juga memanggil kita untuk merendahkan diri, mendengarkan dan belajar dari Dia, dan mengijinkan Dia mengajar kita seperti apakah Allah itu dan bagaimana seharusnya kita memikirkan tentang Dia. Perintah kedua ini adalah perintah untuk mendorong kita mendapatkan pengertian tentang Allah dari firman-Nya sendiri yang kudus, dan bukan dari sumber lain mana pun. Pikiran yang masih terfokus pada patung adalah pikiran yang belum belajar untuk mengasihi dan memperhatikan firman Allah. Membuat patung Allah berarti mengambil pandangan seseorang tentang Dia dari sumber manusia, dan bukan dari Allah sendiri dan inilah yang salah dengan pembuatan patung.
Kita mungkin tidak memiliki simbol-simbol atau patung-patung di rumah atau di kamar kita untuk kita sembah. Namun bagaimana kita tahu bahwa kita sedang menyembah Allah yang benar, Allah yang dinyatakan Alkitab, tanpa semua simbol atau patung? Allah Alkitab telah berbicara melalui Anak-Nya. Terang pengetahuan tentang kemuliaan-Nya diberikan kepada kita dalam wajah Yesus Kristus. Jika dalam penyembahan kita berpusat pada Allah yang dinyatakan dalam Alkitab, pikiran dan hati kita melayang ke Golgota dan berpegang pada karya Allah di Golgota, maka kita dapat mengetahui bahwa kita sungguh-sungguh menyembah Allah yang benar, dan bahwa Ia adalah Allah kita, dan kita sekarang telah menikmati hidup yang kekal.
Sebagai tambahan, pada akhir bab 4 ini, Penulis memberikan catatan tambahan tentang pembahasannya. Ada tiga argumen yang menentang ide Penulis untuk tidak menggunakan patung Allah untuk tujuan pengajaran dan ibadah. Pertama, penyembahan kepada Allah membutuhkan ungkapan estetik Kristen melalui seni visual dalam patung atau gambaran tentang Allah. Kedua, imajinasi merupakan bagian dari sifat manusia karena Allah telah menciptakannya, dan harus dikuduskan dan diekspresikan, bukan dianggap cemar dan ditekan, dalam persekutuan kita dengan Pencipta kita. Ketiga, patung-patung atau gambaran-gambaran sesungguhnya dapat membantu meningkatkan ibadah.
Prinsip argumen pertama benar, namun perlu diterapkan dengan benar. Perintah Allah kedua dalam sepuluh hukum tetap melarang segala sesuatu yang dipikirkan sebagai gambaran representasi Allah. Prinsip argumen kedua juga benar, tetapi cara Alkitab menerapkannya adalah dengan menggunakan imajinasi kita secara verbal atau visual untuk menghargai dan takjub terhadap karya historis Allah di Golgota. Argumen ketiga yang jadi permasalahan adalah setelah patung itu diperlakukan sebagai hal yang mewakili dan bukan sebagai simbol, maka patung itu mulai merusak ibadah dan tidak membantu ibadah kita. Mari kita belajar untuk melakukan ibadah kita tanpa patung-patung dan gambaran-gambaran tentang Allah. Arahkan hati dan pikiran kita pada karya Kristus di Golgota.
Bab 4: Satu-satunya Allah yang Benar
Bentuk-bentuk penyembahan berhala yang seringkali kita lihat adalah orang yang menyembah pada tiang atau ukiran, patung-patung, atau bahkan upacara-upacara sebagai bentuk penyembahan kepada dewa-dewi. Namun kita juga perlu menyadari bahwa ada bentuk penyembahan berhala yang lebih halus. Dalam sepuluh perintah Allah, ada perintah kedua yang melarang umat Allah untuk membuat patung atau sejenisnya lalu sujud menyembahnya. Kita harus memandang perintah kedua ini sebagai hal yang menyatakan prinsip bahwa penyembahan berhala terdiri dari bukan hanya penyembahan kepada ilah palsu, tetapi juga penyembahan kepada Allah yang benar melalui patung-patung. Kita tidak boleh memakai gambaran visual atau gambaran lain tentang Allah Tritunggal untuk tujuan penyembahan. Dengan alasan apapun, patung atau gambaran Pribadi Allah Tritunggal yang kita sembah tidak boleh digunakan sebagai alat bantu untuk menyembah Dia.
Pertanyaannya sekarang adalah, bahaya apakah yang mengancam kita melalui patung-patung atau gambaran-gambaran tentang Allah Tritunggal yang mengelilingi kita, jika semua itu membantu mengangkat hati kita kepada Allah? Beberapa orang menganggap bahwa perintah ini diperuntukkan bagi gambaran yang amoral dan merendahkan Allah, seperti pemujaan bangsa kafir, gambaran Allah sebagai bentuk binatang, dll. Namun sesungguhnya perintah kedua itu mewajibkan kita untuk memisahkan ibadah kita dari semua gambaran atau patung-patung Kristus atau gambaran dari Bapa di Sorga. Ada 2 alasan mengapa perintah kedua dalam sepuluh perintah Allah harus ditekankan sedemikian rupa: Pertama, Patung-patung atau gambaran tentang Allah tidak menghormati Allah sebab mengaburkan kemuliaan-Nya. Tidak ada gambaran atau apapun di dunia ini yang dapat disamakan dengan Pribadi Allah yang kita sembah, karena gambar-gambar dan patung-patung itu menyembunyikan sebagian besar kebenaran tentang sifat dan karakter Pribadi Allah yang digambarkannya. Kedua, Patung-patung menyesatkan kita. Gambaran keliru tentang Allah yang dinyatakan oleh patung-patung menyimpangkan pemikiran kita tentang Allah dan menanamkan segala macam kesalahan tentang karakter dan kehendak Allah dalam pikiran kita. Secara psikologis, patung-patung akan membuat kita gagal menyembah Allah dalam kebenaran.
Pada perintah kedua, selain melarang kita membuat patung-patung atau gambaran-gambaran tentang Allah dan menyembanya, juga melarang kita untuk membayangkan gambaran mental tentang Dia. Membayangkan Allah di kepala kita termasuk pelanggaran terhadap perintah kedua yang sama nyatanya dengan membayangkan Dia dengan karya tangan kita. Orang-orang yang memandang diri mereka bebas untuk memikirkan Allah seperti yang mereka ingini sedang melanggar perintah kedua. Memikirkan Allah dengan cara memandang keberadaan-Nya sama dengan kita, manusia, berarti kita tidak tahu siapa Dia dan tidak mengenal Dia. Perintah kedua dari sepuluh perintah Allah ini juga memanggil kita untuk merendahkan diri, mendengarkan dan belajar dari Dia, dan mengijinkan Dia mengajar kita seperti apakah Allah itu dan bagaimana seharusnya kita memikirkan tentang Dia. Perintah kedua ini adalah perintah untuk mendorong kita mendapatkan pengertian tentang Allah dari firman-Nya sendiri yang kudus, dan bukan dari sumber lain mana pun. Pikiran yang masih terfokus pada patung adalah pikiran yang belum belajar untuk mengasihi dan memperhatikan firman Allah. Membuat patung Allah berarti mengambil pandangan seseorang tentang Dia dari sumber manusia, dan bukan dari Allah sendiri dan inilah yang salah dengan pembuatan patung.
Kita mungkin tidak memiliki simbol-simbol atau patung-patung di rumah atau di kamar kita untuk kita sembah. Namun bagaimana kita tahu bahwa kita sedang menyembah Allah yang benar, Allah yang dinyatakan Alkitab, tanpa semua simbol atau patung? Allah Alkitab telah berbicara melalui Anak-Nya. Terang pengetahuan tentang kemuliaan-Nya diberikan kepada kita dalam wajah Yesus Kristus. Jika dalam penyembahan kita berpusat pada Allah yang dinyatakan dalam Alkitab, pikiran dan hati kita melayang ke Golgota dan berpegang pada karya Allah di Golgota, maka kita dapat mengetahui bahwa kita sungguh-sungguh menyembah Allah yang benar, dan bahwa Ia adalah Allah kita, dan kita sekarang telah menikmati hidup yang kekal.
Sebagai tambahan, pada akhir bab 4 ini, Penulis memberikan catatan tambahan tentang pembahasannya. Ada tiga argumen yang menentang ide Penulis untuk tidak menggunakan patung Allah untuk tujuan pengajaran dan ibadah. Pertama, penyembahan kepada Allah membutuhkan ungkapan estetik Kristen melalui seni visual dalam patung atau gambaran tentang Allah. Kedua, imajinasi merupakan bagian dari sifat manusia karena Allah telah menciptakannya, dan harus dikuduskan dan diekspresikan, bukan dianggap cemar dan ditekan, dalam persekutuan kita dengan Pencipta kita. Ketiga, patung-patung atau gambaran-gambaran sesungguhnya dapat membantu meningkatkan ibadah.
Prinsip argumen pertama benar, namun perlu diterapkan dengan benar. Perintah Allah kedua dalam sepuluh hukum tetap melarang segala sesuatu yang dipikirkan sebagai gambaran representasi Allah. Prinsip argumen kedua juga benar, tetapi cara Alkitab menerapkannya adalah dengan menggunakan imajinasi kita secara verbal atau visual untuk menghargai dan takjub terhadap karya historis Allah di Golgota. Argumen ketiga yang jadi permasalahan adalah setelah patung itu diperlakukan sebagai hal yang mewakili dan bukan sebagai simbol, maka patung itu mulai merusak ibadah dan tidak membantu ibadah kita. Mari kita belajar untuk melakukan ibadah kita tanpa patung-patung dan gambaran-gambaran tentang Allah. Arahkan hati dan pikiran kita pada karya Kristus di Golgota.