Penulis: J.I. Packer
Bab 3: Mengenal dan Dikenal
Di awal bab 3 ini, J.I. Packer memulai bab 3 ini dengan beberapa pernyataan. Pertama, kita diciptakan untuk mengenal Allah. Kedua, “hidup kekal” yang dikaruniakan Yesus adalah pengenalan akan Allah. Ketiga, hal terbaik dalam hidup yang mendatangkan kesukacitaan, kegembiraan, dan kepuasan yang lebih besar, lebih daripada semua hal lain adalah pengenalan akan Allah. Keempat, yang memberikan sukacita terbesar bagi Allah adalah pengenalan akan Dia. Poin utama dalam bab ini adalah pengenalan akan Allah dan dikenal oleh Allah. Yang membuat hidup ini berharga adalah jika kita mempunyai tujuan yang besar, sebagai orang Kristen, yaitu mengenal Allah. Arti mengenal Allah dalam bagian ini perlu dibahas karena banyak orang Kristen mengira bahwa mereka sudah mengenal Allah padahal sesungguhnya belum.
Pertama-tama yang harus diperhatikan orang Kristen tentang mengenal Allah adalah bahwa mengenal Allah merupakan urusan yang lebih rumit dari pada mengenal orang lain. Jika seorang pawang hewan dapat lebih mudah mengenal sifat hewannya, maka tidak semudah itu dengan manusia. Manusia pandai menyimpan rahasia dan tidak menunjukkan segala sesuatu yang ada dalam hati mereka kepada setiap orang. Kualitas dan kedalaman pengenalan kita terhadap orang lain lebih banyak bergantung pada mereka, artinya seberapa terbuka mereka, seberapa jauh mereka menunjukan apa adanya mereka, dll, barulah kita dapat mengenal mereka. Jika mereka tidak melakukan itu, maka kita tidak akan mengenal mereka dengan dalam. Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana kita manusia dapat mengenal Allah. Lebih dari pada mengenal manusia, mengenal Allah merupakan hubungan yang mampu membuat hati seseorang tergetar. Allah pencipta yang Maha Kuasa membuka hati-Nya untuk kita, mau bersahabat dengan kita, dan menganggap kita mitra-Nya agar kita dapat mengenal Dia. Empat hal yang dapat kita lakukan untuk dapat mengenal Allah. Pertama, mendengarkan Firman Allah dan menerimanya, serta melakukannya. Kedua, memperhatikan sifat dan karakter Allah yang dinyatakan dalam Firman-Nya. Ketiga, menerima undangan-Nya dan melakukan apa yang Ia perintahkan. Keempat, menyadari dan bersukacita di dalam kasih-Nya yang mendekati kita dan menarik kita ke dalam persekutuan ilahi dengan-Nya.
Di dalam alkitab, ada beberapa gambaran yang digunakan untuk memberi tahu kita bahwa kita mengenal Allah seperti seorang anak mengenal bapanya, isteri mengenal suaminya, rakyat mengenal rajanya, dan domba mengenal gembalanya. Melalui konsep ini kita memahami bahwa orang yang mengenal Dia dikasihi dan dipelihara oleh-Nya. Alkitab juga memberi tahu kita bahwa kita mengenal Allah hanya melalui satu cara, yaitu melalui Yesus Kristus yang adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia. Setiap orang di berbagai tempat dapat menikmati jenis hubungan yang sama dengan Yesus seperti halnya murid-murid Yesus pada saat Ia masih hidup di bumi. Mengenal Yesus Kristus masih tetap merupakan hubungan pemuridan yang sifatnya khusus dan pribadi seperti yang dialami para murid ketika Ia hidup di bumi. Yesus yang berjalan sepanjang kisah Injil juga berjalan bersama orang-orang Kristen sekarang, dan mengenal Dia berarti juga berjalan bersama-Nya, saat ini seperti dulu. Mengenal Yesus berarti diselamatkan oleh Yesus dari dosa dan kesalahan dan kematian.
Ada 2 hal yang ditekankan oleh penulis tentang mengenal Allah merupakan masalah pribadi. Pertama, mengenal Allah adalah urusan pribadi, seperti seseorang yang memiliki pengenalan terhadap orang lain. Mengenal Allah lebih dari sekedar mengetahui tentang Dia. Mengenal Allah adalah masalah sikap dan respon kita ketika Ia membuka diri-Nya kepada kita. Kedalaman pengetahuan kita tentang Dia bukan merupakan ukuran kedalaman pengenalan kita akan Dia. Seseorang dapat memiliki semua pengetahuan yang benar tentang Allah tanpa merasakan Allah dan tanpa melakukan apa yang menjadi pengetahuannya. Kedua, mengenal Allah adalah masalah keterlibatan pribadi, di dalam pikiran, kehendak, dan perasaan. Jika tidak, maka hubungan kita dengan Allah tidak bersifat penuh dan hanya bersifat dangkal dan hambar. Sisi emosional pengenalan akan Allah seringkali diabaikan pada masa kini, karena kita takut hal tersebut akan membuat kita terlihat lemah dan cengeng. Setiap kita yang mengatakan bahwa kita mengenal Dia hanya berdasarkan pengalaman keagamaan dan tidak melakukan perintah-Nya adalah seorang pendusta dan tidak ada kebenaran di dalam kita. Mengenal Allah seharusnya melibatkan bukan saja hubungan emosional, tapi juga intelektual dan kehendak kita. Orang percaya akan bersukacita ketika Allah mereka dihormati dan dipuji, dan akan merasa dukacita ketika melihat Allah mereka dicemooh. Ketiga, pengenalan akan Allah merupakan masalah kasih karunia. Ini merupakan hubungan yang seluruhnya dimulai dari Allah. Kita tidak dapat berteman dengan Allah, Allahlah yang berteman dengan kita dan memampukan kita mengenal Dia dengan menyatakan kasih-Nya kepada kita. Mengenal Allah merupakan kata kedaulatan yang mengacu pada inisiatif Allah dalam mengasihi, memilih, menebus, memanggil, dan memelihara. Pengenalan akan Allah terhadap orang-orang yang menjadi milik-Nya dikaitkan dengan rencana kemurahan Allah yang menyelamatkan secara keseluruhan.
Hal terakhir dan tak kalah penting adalah bukan hanya fakta bahwa “saya mengenal Allah”, tetapi fakta yang lebih besar bahwa “Ia mengenal saya”. Ada penghiburan yang tidak terkatakan dalam kesadaran bahwa Allah terus menerus mengenal kita dalam kasih, dan mengawasi kita demi kebaikan kita. Dengan fakta ini juga seharusnya membuat kita merendahkan diri kita di hadapan Allah karena kita menyadari bahwa Dia melihat segala kesalahan dalam diri kita yang tidak dilihat orang lain, bahkan yang mungkin kita sendiri tidak menyadarinya. Namun Allah sangat mengenal dan tahu lebih banyak tentang diri kita daripada siapapun di dunia ini. Dengan fakta ini seharusnya mendorong kita untuk menyembah dan mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, Allah yang telah mau menjadi sahabat kita, Allah yang telah memberikan Anak-Nya untuk mati bagi kita agar kita diselamatkan-Nya.
~~~