Mengapa Ada Penderitaan

Posted on Posted in renungan

Bacaan Firman Tuhan : Yohanes 9 : 1 – 12

Pada kesempatan kali ini, saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu; saya melayani di GKRI Efipania, Penjaringan, Jakarta Utara.

Selain sebagai Hamba Tuhan di GKRI Efipania, saya juga sebagai seorang guru di sekolah GKRI Mangga Besar.

GKRI Kelapa Gading bukanlah gereja yang asing bagi saya karena pada tahun 1995-1997 saya sering datang saat pak Sarni masih bertugas di sini. Dan juga pernah menyampaikan firman Tuhan pada Kebaktian Pemuda GKRI Kelapa Gading.

Kita bersyukur kepada Tuhan atas kesempatan beribadah tatap muka seperti saat ini karena untuk kedepannya ada himbauan dari pemerintah agar beribadah secara online dari rumah masing-masing sehubungan dengan terjadinya wabah Covid-19 di Indonesia.

Wabah Covid-19 boleh melanda negeri kita namun iman percaya kita kepada Tuhan Yesus Kristus terus menyala.

Tema kita pada hari ini adalah “Mengapa ada penderitaan?”

Perikop dari ayat firman Tuhan yang sudah kita baca adalah orang yang buta sejak lahirnya.

Yohanes 9:2-3 : Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?”

Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. [TB-LAI]

1. Penderitaan tidak selalu dari dosa.

Para murid Yesus bertanya siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya?

Singkat cerita orang buta ini diminta oleh Yesus untuk membasuh di kolam Siloam setelah diolesi matanya dan sekeluarnya dari kolam Siloam maka matanya menjadi sembuh.

Kata penderitaan adalah kata yang tidak disukai oleh siapapun. Dan seandainya kita disuruh memilih antara penderitaan dengan kebahagiaan, biasanya orang lebih memilih kebahagiaan.

Tetapi mau tidak mau penderitaan bisa saja menghampiri siapapun.

Memang ada penderitaan karena dosa.

Contohnya Gehazi yang menderita sakit kusta, yang mengambil sesuatu yang bukan haknya (2 Raja-raja 5:27)

Ada juga penderitaan yang disebabkan dari luar yaitu penindasan yang dialami bangsa Israel di zaman nabi Musa oleh Firaun.

Penyebab kebutaan orang buta tersebut bukan dari dalam maupun dari luar.

Yesus menyatakan penderitaan tidak selalu dikaitkan dengan dosa. (baca Yohanes 9:3)

Oleh karena itu kita harus hati-hati dalam melihat penderitaan seseorang dan jangan langsung menghakimi karena dosa.

2. Solusi atas penderitaan.

Orang buta tidak menyangka bahwa dia akan sembuh dari kebutaannya.

Orang buta tidak akan pernah melihat (sembuh) kalau tidak berjumpa dengan Yesus.

Dengan perkataan lain, Yesus Kristus adalah solusi untuk mengatasi penderitaan dan juga memampukan untuk bertahan di tengah-tengah penderitaan.

Yohanes 9:4  Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. [TB-LAI]

Artinya adalah Tuhan Yesus mempercayakan kepada kita untuk terlibat dan melibatkan diri dalam pekerjaan Tuhan sebagai solusi terhadap penderitaan.

Beberapa tahun yang lalu anak saya mengalami sakit yang parah yaitu sakit DBD dan Typhus.

Namun di tengah penderitaan yang saya alami, saya percaya Yesus Kristus adalah solusinya.

Singkat cerita anak saya mendapatkan tempat perawatan di Rumah Sakit juga pinjaman uang untuk biaya pengobatannya dan beberapa hari kemudian setelah dirawat anak saya dinyatakan sembuh. Kemudian ada seseorang di ruang tunggu yang saya tidak kenal tetapi ada yang menggerakkan orang tersebut untuk memberikan bantuan kepada saya. Pada hari itu juga pinjaman uang dapat saya kembalikan lagi kepada yang memberi pinjaman.

Tuhan Yesus memberikan solusi atas penderitaan yang saya alami.

Saya percaya Tuhan Yesus bisa gerakkan siapa saja untuk menolong kita.

Oleh karena itu kitapun tidak boleh tutup mata dan telinga terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain karena suatu saat kita pun bisa mengalami penderitaan.

3. Reaksi setelah melewati penderitaan.

Reaksi orang buta setelah keluar dari penderitaannya adalah menceritakan tentang proses kesembuhannya kepada orang-orang di sekitarnya dan ia berani mengatakan bahwa Yesus yang menyembuhkannya dari kebutaan.

Yohanes 9:11 Jawabnya: “Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat.” [TB-LAI]

Marilah kita  seperti orang buta itu, pada saat ia berhasil melewati penderitaan yang ada, berani berkata itu karena Yesus.

Dan dengan kesaksian itu, orang lain diberkati.

Tuhan Yesus memberkati.

Ringkasan khotbah Minggu, 15 Maret 2020 oleh Pdt. Paran Sakiu, S.Th. dan diringkas oleh Bpk. Beben.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *